Friday, May 9, 2008

Bertemu dengan si gagal


Kenalkan dia, si gagal.

Sejak dulu, entah sejak mulai kapan, atau mungkin juga kerena cara didik saya sejak kecil, saya selalu takut bertemu dengan si gagal.


Saya tidak suka saat saya ada di posisi dimana saya merasa tidak bisa, tidak mampu, dan tidak kompeten dalam suatu hal..

Saya benci saat saya tidak bisa melakukan apa yang orang lain bisa lakukan.
Karena rasa benci itulah, maka saya berusaha mati-matian, agar tidak berada diposisi tersebut.

Saya benci saat nilai ulangan saya jelek, oleh karena itu saya belajar mati- matian agar nilai ulangan saya tidak jelek.

Saya benci saat gambar saya jelek, oleh karena itu saya berusaha mati-matian agar bisa meningkatkan skill saya

Saya benci saat kemampuan saya dibawah yang lain, oleh karena itu saya berusaha mati-matian agar setidaknya saya tidak kalah dengan yang lainnya.


“Kalau mereka bisa, kenapa saya tidak?”
Adalah kata-kata motivator saya selama ini.


Dan meskipun tidak benar, saya tidak suka dikritik.

Ya, saya tahu. Kritik itu demi membangun kamu. Kritik itu demi memperbaiki apa yang kurang. Kritik itu demi kamu sendiri.

Tapi tetap, saya tidak suka dikritik.

Karena saya tidak suka dikritik, maka saya selalu berusaha membuat sesuatu yang wah, bagus, dan disukai.

Saya selalu berusaha agar tidak ada orang yang menganggap hal itu buruk, jelek, dan sebagainya.

Saya berusaha agar semua orang dengan bulat mengatakan “ya” tanpa “tidak”, kepada saya.


Dan sekarang rasa ‘saya tidak suka dikritik’ berubah menjadi ‘saya takut dikritik’.


Saya takut,
saat menunggu reaksi orang ketika melihat karya yang saya kerjakan dengan sepenuh hati
Saya takut,
Apabila apa yang saya kerjakan ternyata tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan
Saya takut,
Saya takut gagal.


Saya takut dikritik
Tapi sebagai desainer, kita justru butuh kritik.

Saya takut gagal,
Tetapi tidak selamanya manusia selalu berhasil dan sukses.


Dan disinilah saya, bertemu dan berjumpa dengan si gagal.
Bercengkerama terlalu lama, dan dijegal hingga jatuh oleh si gagal.

Si gagal.. si gagal.
Membuat saya merasa tidak mampu
Membuat saya merasa tidak kompeten
Membuat saya merasa gagal sebagai seseorang.

Kalau mereka bisa, kenapa saya tidak?
Tapi fakta berkata lain.
Dan kata-kata motivator itu berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang menusuk.

Kenapa orang lain bisa, tapi saya tidak bisa?
Kenapa saya tidak mampu melakukan apa yang orang lain lakukan?
Dia bisa? Kenapa saya tidak bisa???

Si gagal.. si gagal.
Membuat saya merasa putus asa
Membuat saya merasa tolol, bodoh, dogol
Membuat saya merasa gagal dan tidak mampu


Akan tetapi si gagal seharusnya dilompati.
Setiap orang pasti bercengkrama dengan si gagal.
Sesukses apapun seseorang, pasti ia pernah merasakan kegagalan juga.
Gagal itu obat, gagal itu obat.

Dan kini permasalahannya justru ada pada bagian dimana kita melewati si gagal ini,
Dan justru dengan mengalahkan si gagal, adalah obat pahit yang akan membawa kita menjadi orang yang lebih baik.


“lo terlalu sering sukses sih, nek. Jadinya pas lo gagal lo jadi kacau.” Ucap sahabat dekat saya di negeri kangguru.

Gagal itu biasa. Gagal itu obat. Gagal itu obat yang luar biasa pahit.
Gagal itu introspeksi diri.
Mau tak mau, kita harus menelan obat pahit itu, dan berusaha agar tidak meminumnya lagi di masa yang akan datang. Usaha dan usaha dan usaha. Agar bisa melupakan si gagal dan saat sakit itu datang lagi, kita bisa melaluinya tanpa meminum obat yang pahit bernama kegagalan.


Saya masih berusaha keluar dari lingkup cengkeraman tangan si gagal.
Kembali membuka inbox email dan membaca ulang pernyataan si kegagalan itu.

Menelan kata-kata
“maaf, kamu tidak berhasil”
“maaf, sebuah desain haruslah paripurna,”
“maaf, dan semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi Nesia”

Menelan kata kata kegagalan, menelan obat pahit.
Mengambil langkah besar melewati sakit dan pahit si obat ini
Dan berusaha menjadi yang lebih baik lagi.


Gagal bagi orang yang positif, adalah titik dimana kita harus introspeksi terhadap diri, melihat lagi tujuan, memeriksa lagi jalan dan cara yang telah ditempuh. Gagal, meminjam istilah dalam sistem control, merupakan feedback untuk mengoreksi set point dan fungsi transfer yang kita rancang. Gagal adalah titik terbaik untuk melihat ke belakang dan ke depan. Melihat apakah kita sudah cukup kuat dan bijak. Mengamati apakah tujuan-tujuan kita sudah benar dan layak. Memeriksa apakah jalan dan caranya sudah tepat. Gagal adalah tentang menjadi menang dan berhasil dalam arti yang sebenarnya. Karena jika menang terus, maka seperti sebuah mobil tanpa rem. Jika tujuan, jalan, dan caranya benar, akan tidak ada masalah jika mobil tanpa menggunakan rem. Akan tetapi jika ada ketidakberesan, maka bisa saja berhenti di tujuan yang salah, dan ketika sadar, semuanya sudah terlambat bagi kita untuk berputar balik dan memompa semangat lagi.

Terimakasih paragraf penyemangatnya tentang gagal bung ismail :)

9 comments:

harunsaurus said...

tul tul tul

mereka yang gak pernah gagal sesungguhnya gak pernah sukses

Thomas Alva Edison gagal ribuan kali sebelum akhirnya menemukan lampu pijar


coba deh baca buku yang judulnya 'Fight Like A Tiger, Win Like A Champion' karya Dharmadi Dharmawangsa, ada bab yang judulnya 'The Power of Failures'

serius, itu bukunya BAGUS BANGET
tanpa ragu saya kasih nilai 10 buat buku itu

selamat mencari

NENEK said...

terimakasih terimakasih.
selamat mencari? yah tapi bulan ini ga ada duit. kapan-kapan aja deh, atau gak nanti saya minjem dari anda saja. hahaha *ga mau rugi.

harunsaurus said...

itu buku worthy banget buat dibeli, bukan cuma buat dibaca

rada mahal sih, sekitar 60 ribuan gitu

tapi serius, worth to buy koq, nek

Anonymous said...

gue juga takut gagal, ga bisa dikritik, susah nerima kekalahan. Maka dari itu gue lebih baik ga ikut kompetisi, gue jarang banget ikut lomba dan sejenisnya.

Dan kalo disuruh ngedesain sesuatu, gue nanya detail apa maunya klien supaya gambar gue ga ditolak.

Ga enak rasanya.

huhu.

Unknown said...

hahah, nek, nek..

kegagalan ga semenakutkan itu kok..
itu hal yang menempa lo jadi lbih lagi..

drpd jd telor mndg jadi bola pingpong kan?
pas lo jatoh, lo g pecah, krn sering dbanting..hehhehe


gw bola pingpong mpe jadi bola bekel..hehhe

sreg-sreg said...

gagal dan apa saja yang ada di dalam diri ini semua ada hanya yang tidak tau ada berarti belum mengerti , biarkan aku tumbuh dengan si gagal dan sanak pinaknya..tapi sahanya gagal bisa diredupkan dengan cahaya anti gagal...mmmmmmuah

NENEK said...

@puro

tapi gua ga mau jadi bola bekel purr..
haha dasar anda.
iya nih, ga boleh jadi telor, tapi harus jadi telor karet kalau begitu. ga kena penyakit gagal, tapi kalo gagal tahan banting. *ngarep.
kan lagi emoh kya gya.

ILUSTRASI APAAAKABARNYA PUUUUURR???

NENEK said...

@sreg-sreg

(kenapa kok namanya sreg-sreg?)
wah ada cahaya anti gagal?
saya mau dong.
dijual dimana tuh.

Anonymous said...

mampir ya.

klo ga pernah rasain pahitnya gagal, manisnya sukses ga bakal bisa kerasa : )

slain itu, IMHO, kadang2 gagal perlu juga, biar kita ga jadi terlampau rapuh waktu ngehadepin masalah dlm hidup. makin tua biasanya makin berat masalah2nya. ya ga nek? hehe...